Galeri yang Hilang

Galeri yang Hilang

Monday 27 December 2010

Saya Oke, Kamu Oke

Saya Oke, Kamu Oke

Abstraksi

Interaksi antar individu maupun kelompok adalah bentuk realitas hidup bermasyarakat. Realitas tersebut terkadang sulit dipahami sebagaimana ilmu neotic yang berasal dari kata yunani nous yang berarti pikiran atas kesadaran Alam atau ilmu yang mempelajari kemampuan manusia yang tidak bisa dijelaskan dengan ilmu manapun. Dalam pandangan tersebut penulis melihat hubungan yang kompleks dalam relasi antar individu maupun kelompok terkadang memicu konflik yang tidak dapat diselesaikan. Sikap ego yang terdapat pada unsur perasaan bahkan pengalaman buruk akan suatu peristiwa yang pernah terjadi sejak kecil dan tidak dapat menganalisa hambatan tersebut mengakibatkan relasi yang seharusnya terjalin dengan baik berakhir sebaliknya. Demikian Harris hadir untuk menjelaskan bahwa analisis relasi transaksional adalah salah satu pendekatan psikologi yang dapat dipergunakan untuk terapi terhadap masalah tersebut dengan tujuan secara sadar seseorang dapat membuat keputusan sendiri, keputusan baru yang membebaskan khususnya kemajuan hidupnya sendiri.

Kata kunci: relasi, jiwa, transaksional, analisis dan oke.

I. Pendahuluan

Gender buku Saya oke, Kamu oke adalah buku psikologi. Dalam pendahuluan buku sini dengan jelas diungkapkan bahwa manusia berhubungan erat dengan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi secara khusus yang telah dialamainya, menurut penulis adalah pengalaman. Pada halaman 6 dijelaskan bahwa hubungan tersebut dikarenakan unsur perasaan yang begitu kuat, asing dan sering tidak dikontrol. Lebih lanjut Adolf Heuken mengatakan pengalaman dibentuk oleh peristiwa-peristiwa yang kita hayati dan dihidupi semasa masih kanak-kanak. Dengan kata lain pengaruh awal tersebut telah tercetak dalam jiwa, hati yang lembut dan mudah dibentuk bahkan mustahil terhapuskan.

Selanjutnya Thomas Harris menjelaskan bahwa satu-satunya cara mengatasi pengalaman yang telah terbentuk dan sulit dihapuskan (terlebih pengalaman yang buruk) adalah dengan menyadari dan mengetahui pola batin manusia, dan bertindak secara dewasa tanpa mengijinkan reaksi sponstan yang menentukan tindakan. Dengan kata lain seseorang harus mengetahui bentuk transaksional serta analisis. Maka relasi transaksional antar manusia berupaya menghasilkan ‘saya oke, kamu oke.’ Di mana relasi yang melingkupi hubungan antar individu dan masyarakat.

II. Isi

Buku Saya oke, Kamu oke menekankan analisis relasi transaksional sebagai solusi mencapai kesadaran diri untuk menjadi oke. Subjek relasi transaksional adalah ego orang tua, ego kanak-kanak dan ego dewasa. Maka analisis relasi ditujukan pada usaha meneliti dan menjelaskan status ego ketiganya serta gejala hubungan interpersonal dalam kaitan berbagai bidang kehidupan keluarga, pekerjaan, sekolah, dan situasi yang berhubungan.

Dalam analisis transaksi difokuskan terhadap kehidupan sehari-hari yang sarat ditentukan oleh peran dan tingkah laku yang dapat mendorong pertumbuhan ego subjek serta sumber gangguan psikologis. Oleh karena itu sikap yang terdapat dalam ego subjek juga dapat ditemukan pada ketiganya.

Misalnya pada ego orangtua terdapat rekaman peristiwa yang dipaksakan atau diterima secara tidak langsung dalam otak sejak masa kecilnya yakni kira-kira sampai usia lima tahun. Pada umur tersebut secara psikologi timbul rasa sosial, masa seseorang memiliki waktu yang dominan dalam rumah atau keluarga dan belum mendapat pengetahuan di sekolah. Masa di mana seseorang belajar dari teladan orang tua baik dari tindakan maupun perkataan. Harris memberi contoh pada kata perintah dan larangan ‘jangan’ atau ‘tidak boleh,’ sangat mempengaruhi perkembangan psikologinya. Demikian juga dengan aspek media komunikas seperti televisi ikut serta mempengaruhi psikologinya.

Dengan kata lain tingkat pertumbuhan psikologi yang tidak mampu untuk merumuskan arti pengalaman awal serta dapat mengubah atau menerangkan bentuk perilaku yang baik dan buruk. Walaupun di sisi lain perintah dan pengalaman masa kanak-kanak bersama orang tua juga terdapat unsur penyelamat ketika berhubungan dengan bahaya. Orangtua adalah pertolongan mutlak untuk kelangsungan hidupnya.

Berikut pada ego kanak-kanak, rekaman pengalaman orangtua tentang apa yang didengar, dilihat, dirasa tidak dapat dimengerti dengan baik. Ini dikarenakan anak kecil belum memiliki perbendaharaan kata sendiri selama pengalaman awal. Sehingga selama masa kanak-kanak perkataan orang tua dapat menghentikan kesenangannya dan ini bersifat mutlak, tanpa dapat dikompromikan. Dengan kata lain anak kecil akan menyimpulkan rekaman bahwa ‘saya tidak oke.’ Ego kanak-kanak dirangkum dalam situasi tertekan, frustrasi, dan perasaan ditolak.

Demikian ego dewasa pada kanak-kanak usia 10 tahun, rekaman pengalaman dapat disusun sesuai dengan tingkat perkembangan psikologi dan pengetahuannya. Walaupun anak memiliki bagian dari ego orang tua dan kanak-kanak tetapi mereka dapat menganggapi pilihan. Kesadaran ini adalah permulaan ego dewasa dalam dirinya misalnya dapat mencari perbedaan antara konsep yang diajarkan dalam orang tua dengan konsep yang dirasakan pada masa kanak-kanak. Dalam ego dewasa, anak dapat mengembangkan konsep tentang hidup yang dipikirkan sesuai dengan rekaman pengalamannya.

Berikut ego dewasa yang memiliki sifat dapat menenangkan diri ketika dalam keadaan tertekan dan berusaha melepaskan diri dari rasa cemas. Walaupun masih terdapat sifat rapuh dan tahap belajar. Karena ego dewasa dapat dikalahkan oleh ego orangtua dan rasa takut dari ego kanak-kanak. Dengan demikian ego dewasa adalah masa di mana seseorang dapat mengubah rangsangan menjadi rekaman informasi, mengolah dan menyimpan informasi sesuai dengan pengalaman yang telah dipikirkan serta memeriksa pengalaman tersebut untuk keadaan sekarang yang baik dan yang benar.

Selanjutnya Harris memaparkan empat sikap hidup manusia dalam hubungan dengan sesamanya yang digunakan dalam analisis relasi transaksional yaitu saya tidak oke, kamu oke. Sikap ini adalah bentuk alamiah dari manusia yang dimulai pada saat seseorang dilahirkan yakni dirinya merasa tidak baik dan orang lain pun juga tidak baik, karena tidak ada sumber belaian yang positif, individu akan menyerah dan merasa tidak berdaya. Misalnya sikap seorang bayi yang selalu bergantung kepada ibunya, karena ia tidak dapat bertindak untuk dirinya sendiri maka ia mengetahui ketidakmampuan diri dan ibunya mampu. Analisisnya jika anak terhambat pada fase ini dan tidak bertumbuh akan mengakibatkan kecenderungan seorang yang rendah diri.

Berikut saya tidak oke, kamu tidak oke. Sikap ini adalah bentuk yang berkembang dari fase bayi ke anak yang bertambah besar. Ia mengetahui bahwa dia dan orangtuanya ternyata tidak mampu memenuhi kebutuhannya dan memiliki perasaan bersalah. Posisi ini merupakan posisi yang paling umum yang biasa disebut depresif. Individu merasa bersalah, inferior, depresi, ketidakpercayaan dan rasa takut. Misalnya orang tua tidak selalu menuruti atau menyenangkan hatinya. Analisisnya jika anak terhambat pada fase ini dan tidak bertumbuh dalam memahami hubungan dan peran orang di sekitarnya akan mengakibatkan kecenderungan seseorang yang kacamata negatif.

Berikut saya oke, kamu tidak oke. Sikap ini adalah bentuk perkembangan dari fase anak ke dewasa dan memiliki pendidikan yang lebih baik daripada orangtuanya. Ia mengetahui bahwa ia lebih mampu daripada orangtuanya atau sesamanya. Walaupun ia tetap membutuhkan orang lain akan tetapi tidak ada yang dianggap cocok karena ia merasa sebagai individu superior, dan merasa mempunyai hak untuk mempergunakan orang lain untuk mencapai tujuan pribadinya. Analisisnya jika seseorang terhambat pada fase ini dan tidak bertumbuh akan mengaibatkan kecenderungan seseorang yang sombong.

Berikut saya oke, kamu oke. Sikap ini adalah bentuk perkembangan dewasa sempurna yang dapat menerima kelebihan atau kekurangan diri sendiri bahkan sesamanya. Bagian ini individu mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri dan percaya pada orang lain. Individu tidak takut berhubungan dengan orang lain. Dengan kata lain seseorang yang dapat menerima orang yang berbeda pendapatnya tanpa merasa terancam.

Selanjutnya Harris menjelaskan bahwa terdapat beberapa hal yang dapat membuat perubahan sikap di atas seperti keberadaan ego dewasa yang bebas dan kehendak bebas. Misalnya ketika menghadapi masalah seseorang dipaksa untuk mengambil keputusan. Terkadang timbul keragu-raguan dalam mengambil keputusan yang mengakibatkan kebingungan. Ada dua hal kesulitan pokok dalam membuat keputusan yaitu: ‘saya selalu membuat keputusan yang salah’ artinya mengeluh karena keputusan yang diambil seringkali berakibat buruk; dan ‘berulang-ulang saya harus menghadapi hal yang itu-itu juga!’ artinya ada masalah yang belum selesai atau masih setengah beres.

Adapun cara memecahkan kesulitan tersebut adalah mengingat bahwa dalam setiap keputusan ada tiga kelompok objek yang harus diolah dari ego orang tua, ego kanak-kanak dan ego dewasa dalam ranah reaksi transaksional. Hanya ego Dewasa yang sanggup memecahkan kebuntuan dari ego orang tua dan kanak-kanak yakni dengan mengumpulkan data pengalaman dan mengerti baik-buruknya keputusan yang akan diambil secara objektif.

Demikian ego dewasa dalam keberadannya yang bebas memiliki tujuan dapat menentukan pilihan, bebas melakukan perubahan, bebas mengubah reaksi terhadap rangsangan yang berulangkali muncul maupun yang baru. Karena kebebasan tumbuh dari pemahaman mengenai apa yang terkandung pada ego orangtua dan ego kanak-Kanak, serta bagaimana data ini terlibat dalam transaksi sehari-hari.

Hal ini sesuai dengan penjelasan Harris tentang analisis transaksional terhadap objek ego pada bab satu. Harris mengatakan bahwa semua orang bisa menganalisis transaksional karena analisis transaksional adalah suatu proses belajar di mana seseorang menemukan bagaimana mengolah pengalaman yang digunakan dalam membuat keputusan. Seperti pembicaraan antara dua orang atau lebih dan menentukan bagian mana dari individu yang diaktifkan, apakah ego orangtua, dewasa atau anak.

Dengan demikian analisis transaksional adalah hasil pengamatan terhadap subjek ego yang terdapat sekitar serta perubahannya. Perubahan yang menyeluruh dari tubuh ego baik dari ekspresi wajah, perkataan, gerak dan sikap tubuh, serta fungsi tubuh, waktu, tempat, keputusan serta perasaan yang dialami. Di mana ego yang terdapat dalam diri seseorang akan mempengaruhi bagaimana ia merespon dan bertindak seperti relasi kanak-kanak terhadap ego orangtua akan tergambar ego orangtua yang bijaksana dari orangtuanya akan memiliki sikap orang tua dalam melakukan sesuatu. Demikian juga relasi ego dewasa terhadap ego anak yang bertingkah seperti kanak-kanak dalam bertutur dan berperilaku. Berbeda dengan relasi ego dewasa dengan ego dewasa yang menghasilkan tingkah laku yang tidak mudah emosi dan cenderung menggunakan logika dan akal sehat. Berbeda juga relasi ego dewasa dengan ego orang tua yang mampu menuntun orang lain menuju ke arah yang lebih baik, dengan penuh pertimbangan yang berhati-hati.

Dengan demikian analisis transaksional akan membantu orang untuk mengenal egonya serta memahami kapan ia dapat menggunakan ego tersebut kepada orang lain dalam tempat dan waktu yang tepat yang disebut role playing.

Pada bagian akhir Harris mengembangkan hubungan ego orangtua, dewasa dan kanak-kanak terhadap waktu, nilai-nilai susila, dan agama berdasarkan analisis transaksional. Harris mengakui bahwa di dalam diri semua orang terdapat tiga ego yaitu ego orangtua, dewasa atau kanak-kanak dan menekankan konsep saya oke dan kamu oke. Menurut Harris analisis transaksional adalah sebuah pengobatan di mana setiap orang dapat menggunakannya.

Penutup

Berdasarkan laporan di atas buku ‘saya oke, kamu oke,’ dapat disimpulkan bahwa analisis relasi transaksional yang dikembangkan Harris difokuskan pada komunikasi internal yang dihasilkan oleh ego orang tua, ego kanak-kanak dan ego dewasa. Perubahan ego dari setiap individu bertujuan menyelesaikan permasalahan transaksional.

Menurut Harris, pada prinsipnya semua orang memiliki ego tersebut dan dapat digunakan sebagai pengalaman yang menolong dalam pengambilan keputusan. Khususnya analisis relasi transaksional dapat membebaskan ego dewasa dari pengalaman ego lainnya seperti ketaatan buta dari ego kanak-kanak, atau tertanamnya kebiasaan dari ego orang tua yang mengakibatnya ego dewasa tidak memiliki kebebasan. Dengan demikian analisis relasi transaksional sebagai kerangka berpikir dan pengolahan terhadap rekaman pengalaman yang dapat digunakan untuk mengubah pilihan hidup dengan role playing. Demikian juga dalam mencari jalan keluar dari permasalahan kelompok kerja.

No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.

Fritz n' Erwin

Fritz n' Erwin
Senat 2004/2005