Galeri yang Hilang

Galeri yang Hilang

Monday 27 December 2010

Agama dan Dunia Magi

AGAMA DAN DUNIA MAGI

Tinjauan Ilmu Agama


Pendahuluan

Secara umum banyak fakta tertulis yang menyatakan bahwa agama dan ilmu pengetahuan saling bertentangan. Sekelompok manusia mengagungkan ilmu pengetahuanlah yang berkuasa dan membentuk semuanya hingga tercipta seperti sekarang ini. Tuhan dipahami sebagai sebuah energi yang menciptakan keharmonisan, sementara iIlmu pengetahuan dianggap sebagai raja dari segala raja di bumi ini. Sebut saja Illuminati, kelompok orang – orang yang tercerahkan di Eropa yang mengabdikan diri untuk mencari kebenaran ilmiah. Seperti Galileo Galilei, seorang Illuminatus dan juga seorang Katolik yang taat. Ia berusaha memperlunak pemikiran gereja terhadap ilmu pengetahuan dengan mengatakan bahwa ilmu pengetahuan tidak mengecilkan keberadaan Tuhan, tetapi malah memperkuatnya. Ia meyakinkan bahwa ilmu pengetahuan dan agama bukanlah musuh, tetapi rekanan, yang menggunakan dua bahasa berbeda yang menceritakan kisah serupa, kisah tentang simetri dan keseimbangan …surga dan neraka, siang dan malam, panas dan dingin. Ilmu pengetahuan dan agama sama – sama memiliki simetri Tuhan,…pertarungan tanpa akhir antara terang dan gelap. Akan tetapi, Katolik pada abad ke 13 ‘salah satu agama’ melarang keras ilmu pengetahuan bahkan menghukum tokoh tersebut dan menghancurkan apa yang dikatakan gereja sebagai satu – satunya kendaraan yang dapat digunakan manusia untuk mengerti Tuhan (http://heidich304.wordpress.com/2009/07/19/ilmu-pengetahuan-agama-lawan-atau-kawan).

Dengan demikian, para penulis sepakat bahwa agama masih memiliki aspek unsur magi dalam tataran dogma maupun praksis. Malinowski mengatakan bahwa, magi memiliki hubungan dengan agama dan ilmu pengetahuan. Magi yang merupakan salah satu aspek agama didasarkan pengetahuan manusia akan keberadaan sang Adi kodrati. Akan tetapi, keterbatasan naral masyarakat primitif mencoba memaknai kekuatan di luat dirinya yang disebut magi atau suatu kekuatan yang memunculkan keajaiban atau sesuatu yang berbau mistik atau tahayul. Seperti perubahan iklim dan cuaca dikaitkan dengan keajaiban-keajaiban magis. Maka sesuai tugas kelompok, kami akan memaparkan apa itu dunia magi, serta hubungan Agama dan Dunia Magi, dalam ranah agama-agama. Akan tetapi, sebelum masuk ke dalam pembahasan tema kita, baiklah kita melakukan klarifikasi terminologis.

TERMINOLOGI

a. Agama

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, agama adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut. Dalam sosiologi agama, Goode mendefenisikan berdasarkan perannya dalam perkembangan kehidupan bermasyarakat. Salah satunya adalah agama sebagai epifenomena, sebuah refleksi atau ekspresi dari sisi yang lebih dasariah dan permanen yang ada dalam perilaku individual dan masyarakat manusia (Goode, 1951). Sementara E.B. Tylor mengatakan, agama sebagai kepercayaan terhadap hal-hal yang bersifat spiritual. Di mana masyarakat primitif memahami agama dalam pengalaman-pengalaman mental mereka.

b. Magi

Magi atau Magis sering dihubungkan dengan sihir. Akan tetapi, menurut Honig, masyarakat primitif memahami Magis dengan iman. Di mana dalam kepercayaan mereka adalah suatu cara berfikir dan suatu cara hidup yang mempunyai arti lebih tinggi daripada apa yang diperbuat oleh seorang ahli sihir. Sependapat dengan Harun Hadiwijono, Magi berasal dari kata Persia maga, yang barang kali berarti imam. Hal ini berhubungan dengan para imam yang melakukan sihir, maka magi diartikan sebagai ilmu sihir dalam arti yang lebih luas. Di mana sihir yang dilakukan oleh perseorangan yang menunjuk pada suatu cara berpikir dan hidup yang seluruhnya bersandar pada proses pemikiran bahwa dunia dipenuhi oleh daya-daya gaib yang dapat dipergunakan apa yang dikehendaki (Harun Hadiwijono, 2000: 12-3). Demikian dengan P.H. Embuiru, Magi didefenisikan secara etimologis, berasal dari kata Yunani mageia yaitu perbuatan ajaib yang dilakukan golongan imam (H. Embuiru, 1979 dikutip oleh Rm. Gregorius Kaha, SVD dalam http://yesaya.indocell.net/id984.htm). Namun, secara garis besar magi adalah kepercayaan dan praktik yang dilakukan oleh manusia yang dipahami dapat mempengaruhi kekuatan alam dan sesama mereka, entah untuk tujuan baik atau buruk dengan merekayasa kekuatan-kekuatan yang lebih tinggi (Mariasusai Dhavamony, Fenomenologi Agama). dalam hemat kelompok, Magi adalah suatu kepercayaan dan praktek yang diyakini oleh manusia secara langsung dapat memberikan pertolongan serta mempengaruhi kekuatan alam semesta dan manusia untuk tujuan-tujuan tertentu, baik tujuan yang baik maupun tujuan yang jahat. Sebagai proses penyesuaian diri, magi memiliki pengaruh yang kuat dalam masyarakat, karena magi dapat memberikan jawaban atas kondisi ketidakpastian dan ketidakberdayaannya manusia. Dalam hal ini, magi berarti praktek yang didasarkan pada semacam kekuatan adikodrati, di mana manusia, benda ataupun upacara tertentu dianggap dapat menghasilkan hal-hal yang penuh rahasia dan abnormal seperti ilmu sihir, ilmu gaib, jampi dan sebagainya.

DUNIA MAGI

Masyarakat dalam Dunia Magis mendasarkan idenya bahwa dunia ini penuh dengan daya-daya gaib yang dapat digunakan, tetapi penggunaannya tidak dengan akal pikiran melainkan dengan cara yang ritual. Dalam masyarakat primitif, kedudukan magis sangat penting. Kedudukan ini ditempatkan pada upacara-upacara keagamaan, sikap hidup orang-orang karena magis merupakan segala perbuatan atau abstensi dari segala perbuatan mereka untuk mencapai suatu maksud tertentu melalui kekuatan-kekuatan yang ada di alam gaib (H.A Mukti Ali, 2000:48-51).

Evans Pritchard mengatakan bangsa Azande tahun 1937 adalah bangsa yang paling awal yang mendeskripsikan keyakinan dan ritus-ritus yang berkaitan dengan magis dan ilmu gaib dalam masyarakat non Eropa. Masyarakat dalam Dunia Magi memfokuskan ilmu gaib yang berkaitan dengan nasib buruk sebagai suatu bentuk penjelasan distereotipkan. Hal jelas dipengaruhi pada pengetahuan empiris mereka ketika berhubungan dengan tatanan alam (Brian Morris, 2007: 241). Menurut Malinowski, pengetahuan dalam pengalaman empiris adalah pedoman untuk mengadakan ritual (Malinowski, 1854: 79-80).

1. Ciri-ciri Dunia Magi

Ciri-ciri Dunia Magi dapat dilihat dari sifatnya yang induvidualistik dan manipulatif. Individualistik dilihat dari sifat magi yang merupakan urusan pribadi dan kepentingan pribadi seseorang kepada orang lain dengan tujuan tertentu. Misalnya, seorang laki-laki memaksakan cintanya kepada seorang perempuan dengan pelet; kesembuhan penyakit; keberhasilan dalam usaha. Sedangkan Manipulatif dilihat dari sifat magi yang merupakan hasil rekayasa kekuatan-kekuatan alam untuk kepentingan individu manusia (Mariasusai Dhavamony, Fenomenologi Agama).

2. Tujuan Magi

Secara umum tujuan magi adalah untuk meningkatkan iman pengikutnya dalam harapan kemenangan akan ketakutan. Menurut Malinowski, magi mengungkapkan nilai bagi kepercayaan manusia atas keraguan, atas kebimbangan, dan atas pesimisme (Malinowski, 1854: 90).

Adapun tujuan khusus magi yaitu instrumental, di mana magi digunakan sebagai sarana untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Seperti magi untuk menolak bahaya, untuk mengobati penyakit, untuk keselamatan dalam perjalanan, untuk menjaga harta benda. Biasanya hal ini dapat berbentuk benda-benda kramat atau dapat juga dalam bentuk mantra-mantra. Sementara tujuan ekspresif, di mana tindakan yang menyatakan makna dari simbol dan kosmologi tertentu secara turun temurun (Malinowski, 1854: 88-9).

3. Macam-macam Magi

3.1 Berdasarkan cara pelaksanaan yaitu magi kontak dan magi imitatif.

Magi Kontak ialah magi yang berpangkal pada anggapan bahwa dengan jamahan, singgungan atau kontak terjadi peralihan “daya kekuatan” atau kesaktian dari yang satu ke orang lain. Misalnya, seorang dukun menyembuhkan penyakit dengan meludahi atau meniup atau menjamah tempat yang sakit itu. Sedangkan magi imitatif ialah magi yang berpangkal pada prinsip bahwa sesuatu hal atau keadaan dapat menimbulkan atau menolak hal atau keadaan lain yang serupa. Misalnya, seorang wanita hendak bersalin; dukun memberi perintah supaya semua pintu, jendela dan lemari dibuka lebar-lebar. Seorang wanita hamil; ia membuat boneka (bayi tiruan) dan selama mengandung, boneka itu dirawatnya baik-baik seperti merawat bayi. Pemburu, sebelum berburu terlrbih dahulu menusuk gambar binatang-binatang pada sehelai kertas, dengan harapan bahwa perburuannya akan berhasil (H. Embuiru, 1979).

Dalam mempraktek magi terdapat tiga unsur pokok[1], yaitu unsur alat atau obat, artinya sesuatu yang dipakai; unsur upacara, artinya sesuatu yang dilakukan; dan unsur mantra, artinya sesuatu yang diucapkan (H. Embuiru, 1979)..

3.2 Berdasarkan tujuan dan lingkungan yaitu magi produktif, magi protektif dan magi destruktif.

Magi produktif, misalnya magi untuk berburu, untuk kesuburan tanah, untuk membuat hujan, untuk membuat perahu, untuk mendapatkan untung dalam perdagangan. Disebut magi protektif, misalnya magi untuk menolak bahaya, untuk mengobati penyakit, untuk keselamatan dalam perjalanan, untuk perbuatan pantang, untuk menjaga harta benda. Disebut magi destruktif, misalnya magi untuk mendatangkan penyakit, malapetaka, angin topan, kematian dan sebagainya (H. Embuiru, 1979).

3.3 Berdasarkan akibat yaitu magi putih dan magi hitam.

Magi putih, adalah magi yang mendatangkan kebaikan, sementara magi hitam, adalah magi yang mendatangkan akibat buruk (seperti santet, dll) (H. Embuiru, 1979).

4. Animisme dan Magi

Menurut Frazer, pemujaan pada dewa telah muncul sejak lama sebagai usaha manusia menguasai kekuatan alam dan menghindari bahaya dan mendapatkan perlindungan dari dewa. Seperti yang terdapat dalam Magi. Akan tetapi, kepercayaan pada para dewa tersebut dianggap gagal untuk selalu memberi kenyaman, sehingga berbaur dengan bentuk-bentuk kepercayaan lain yang disebut animisme[2] (Daniel L. Pals, 2001).

Dalam pandangan masyarakat primitif terdapat perbedaan jiwa dari badan yang membayang ingatan dan penglihatan serta tujuan hidup manusia yang diperoleh dari mimpi. Seperti keyakinan akan setan dan roh-roh nenek moyang. Demikian dengan, magi yang merupakan kepercayaan akan adanya roh-roh yang berkarya di dunia ini, dan menyebabkan fakta-fakta aneh yang tidak dapat diterangkan dan yang harus didamaikan dengan perantaraan praktek-praktek atau ritus-ritus. Dalam ritus ini setiap orang mengambil bagian aktif, Misalnya usaha menolak hujan dengan bantuan sapu lidi yang dibalik dan diberi tomat. dan setara dengan cara inisiasi, semua orang merenung, berduka, menggali kubur dan memperingati. (Malinowski, 1854: 89). Seperti yang dikatakan Stephen Skinner, kepercayaan Animistis melahirkan rasa takut dan rasa hormat terhadap banyak macam gejala alami. Orang pun memuja tempat-tempat tertentu, sementara para leluhur dikeramatkan dan diharapkan berkatnya (Stephen Skinner, Feng Shui, 17.).

Alam pikiran magi berhubungan dengan pandangan hidup animistis yaitu pemujaan roh-roh leluhur; percaya adanya roh-roh jahat dan baik; takut kepada hukuman ataupun pembalasan oleh kekuatan gaib, dan terdapat pada orang-orang yang oleh rakyat dianggap dapat melakukan hubungan dengan roh-roh dan kekuatan-kekuatan gaib tersebut (http://id.shvoong.com/law-and-politics/law/2030858-sejarah-dan-konstruksi-hukum-adat).

5. Hubungan Agama dan Dunia Magi

Berdasarkan sejarah peradaban umat manusia dalam kehidupannya selalui diwarnai dengan magis, dengan asumsi bahwa setiap benda alam semesta memiliki kekuatan magis yang membentuknya serta melingkupinya. Demikian dengan agama yang merupakan respon terhadap kebutuhan akan konsepsi yang tersusun mengenai alam semesta dan mekanisme dalam menghadapi kegagalan yang timbul karena keterbatasan dan ketidakmampuan manusia dalam memahami serta meraamalkan kejadian dan peristiwa yang tidak dapat diketahui dengan tepat.

Dalam hemat kelompok, perbedaan antara agama dengan magi yaitu agama merupakan suatu keyakinan serta kepercayaan yang dilatar belakangi oleh keterbatasan yang dimiliki manusia. Maka, agama terlahir atas pengakuan terhadap sesuatu yang gaib tanpa adanya hubungan sebab akibat, sedangkan magi merupakan suatu kepercayaan yang masih mengandung unsur keyakinan pada kemampuan atau kekuasaan manusia dengan suatu kegiatan yang mengundang bala bantuan melalui ritual, mantera yang telah dipercayai (Malinowski).

Dengan demikian, Magi dan agama adalah dua hal yang berbeda karena magi bersifat individualistis, sedangkan agama bersifat sosial. Magi merupakan urusan pribadi dan kepentingan pribadi seseorang kepada orang lain dengan tujuan tertentu.

Walaupun agama dan magi adalah dua hal yang berbeda, tetapi keduanya saling melengkapi. Tanpa unsur magis, agama dalam ajarannya kurang dapat diterima sebagai ajaran ekstasi. Seperti yang terdapat dalam magi pada masyarakat primitif seperti tongkat dan dalam kekristenan saat kini, masih mempertahankan sakramen dan doa (bdk. Reginald Scot, 1580, Ch. 1 melihat unsure magi dalam agama di Mesopotamia kuno).

Contoh: Keluaran 7:8-12, "Apabila Firaun berkata kepada kamu: Tunjukkanlah suatu mujizat, maka haruslah kaukatakan kepada Harun: Ambillah tongkatmu dan lemparkanlah itu di depan Firaun. Maka tongkat itu akan menjadi ular." Musa dan Harun pergi menghadap Firaun, lalu mereka berbuat seperti yang diperintahkan TUHAN; Harun melemparkan tongkatnya di depan Firaun dan para pegawainya, maka tongkat itu menjadi ular. Kemudian Firaunpun memanggil orang-orang berilmu dan ahli-ahli sihir; dan merekapun, ahli-ahli Mesir itu, membuat yang demikian juga dengan ilmu mantera mereka.

6. Sikap Agama Terhadap Magi

Selain melihat hubungan dan perbedaan agama dan magi juga terdapat sikap agama untuk memberantas magi, yaitu magi yang memiliki sifat egosentris yang berpusatkan pada manusia; orang yang tidak peduli darimana pertolongan datang; magi memupuk ikatan yang terlampau erat kepada manusia yang memiliki kekuatan sihir.

Kesimpulan

Agama dan Duni Magi pada prinsipnya berhubungan erat. Pada saat kini, pandangan seperti ini dipahami dengan kata Esoterisme tradisional. Sebuah ajaran dan suatu cara bertindak. Ajaran yang bersandar pada suatu tradisi primordial yang telah diberikan kepada manusia sejak semula, tetapi secara misteri. Hubungan keduanya sangat terkai dengan kemampuan intelektual masyarakat primitive dalam memahami kekuatan alam dan kehidupan mereka. Dalam masyarakat primitif bersumber pada mimpi sedangkan agama dalam rumusan dogma yang sering disebut kesadaran baru. Demikian halnya iluminati.


[1] Alat atau obat biasanya berupa sesuatu yang teknis belaka, sedangkan upacara berfungsi untuk menghubungkan magi dengan obyek tertentu. Yang berperan paling penting ialah mantra. Mantra adalah terjemahan dari keinginan manusia dalam kata-kata, guna memberi dorongan kepada kekuatan-kekuatan alamiah.

[2] Animatisme adalah kepercayaan dalam bahasa latin anima atau roh adalah kepercayaan kepada makhluk halus dan roh merupakan asas kepercayaan agama yang mula-mula muncul di kalangan manusia primitif. Kepercayaan yang merupakan suatu konsep yang menganggap bahwa hal – hal yang bersifat materil terdapat pada setiap benda di alam semesta dan suatu gejala yang mengandung arti pada segala hal yang ada mengandung suatu kekuatan gaib sangat penting.



No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.

Fritz n' Erwin

Fritz n' Erwin
Senat 2004/2005