Galeri yang Hilang

Galeri yang Hilang

Monday 4 January 2010

Risalah: Hidup Di Bawah Bayang-Bayang Maut: Sebuah Tafsir Kitab Pengkhotbah.

Buku:

Hidup Di Bawah Bayang-Bayang Maut: Sebuah Tafsir Kitab Pengkhotbah.

Oleh Andreas Hauw


Karya Gerrit ini yang berjudul Hidup Di Bawah Bayang-Bayang Maut adalah sebuah buku tafsiran tentang Kitab Pengkhotbah. Metode utama yang dipakai Gerrit dalam proses penafsiran ialah analisis teks; terlihat di sana-sini dia mengkritik teks terjemahan LAI, baik Alkitab Terjemahan Baru (TB) maupun Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS). Gerrit menalar teks dari hasil eksegesisnya sendiri, dan dari situ dia memberanikan diri untuk mengoreksi dan mempertanyakan kedua versi terjemahan LAI ter­se­but. Pada halaman 22, misalnya, dia mengkritik terjemahan LAI untuk Pengkhotbah 1:3. Gerrit sendiri menyadari kesu­karan untuk menerjemahkan ayat tersebut. Kata yang dipersoalkannya ialah yitron; TB menerjemahkan kata itu dengan kata guna, sedangkan BIS hasil. Menurut Gerrit, seharusnya kata yitron diterjemahkan de­ngan untung atau laba karena kata itu berasal dari dunia perdagang­an. Dalam TB (juga BIS), kata yitron memang tidak diterjemahkan secara konkor­dantif. Dari 8 kali pemunculan yang hanya terdapat di kitab Pengkhotbah, TB telah memakai kata-kata berikut ini, yaitu: untung (2:11, 3:9, 7:12), lebih (2:13), puas (5:9), berhasil (10:10, 11) dan bahkan dalam 5:16, kata yitron tidak diterjemahkan. Di sini kata yitron tidak diterjahkan karena bentuk retorik dalam bahasa Ibrani telah diubah oleh TB menjadi bentuk pernyataan sambil berusaha memperta­hankan arti yang sama.

Gerrit juga menjelaskan tentang Kritik Literer sebagai metode pe­naf­siran kitab Pengkhotbah yang tidak ia ikuti lagi: ”…saya menya­dari bahwa pendapat ini tidak dapat lagi saya pertahankan…” (hlm.10). Namun, ia masih memperhatikan analisis ini pada hampir semua ayat yang diba­hasnya, termasuk pada waktu menentukan struktur kitab ini (hlm. 12-13). Jadi, Gerrit sebenarnya menerapkan bermacam-macam analisis dalam buku tafsirannya ini.

Gerrit lalu menerapkan teks hasil terjemahannya (atau eksege­sisnya) sesuai konteks di mana dia hidup. Ia mengatakan begini ”…saya menafsir sebagai orang Indonesia dengan konteksnya yang khas,” tanpa menjelaskan lebih lanjut apa yang ”khas” itu. Mungkin ”kemasan” dari taf­sirannya itulah yang ia maksudkan, karena ia mengeksegesis sambil menceritakan pengalaman-pengalamannya, baik dalam konteks Ja­wa, Indonesia, maupun pandangan-pandangan filsuf Barat. ”Kemasan” inilah yang membuat buku ini berbeda dari karya tafsiran yang lain. Gerrit juga menerapkan contoh dari konteks dirinya sendiri. Bahasa Gerrit terasa gamblang, mudah dicerna, dan tidak berbelit-belit. Misalnya, pada halaman 201 ketika mengomentari Pengkhotbah 12:7, Gerrit meng­ang­kat sebait nyanyian anak-anak dalam masyarakat Jawa sebagai contoh untuk memahami ayat tersebut. Namun, pada bagian lain ia juga memakai cerita-cerita dari negeri asing misalnya keti­ka mengomentari 6:3. Selain itu, ia juga mengutip pendapat-pendapat dari filsuf-filsuf Perancis, Inggris, dan Austria seperti disebut­kan dalam halaman 132, 219, 226, 230, dsb., termasuk juga mengambil kebiasaan atau con­toh-con­toh baik yang berasal dari Barat maupun Timur.

Teks-teks kuno dan bebe­rapa versi terjemahan kuno dari abad permulaan juga tidak luput dari perhatian Gerrit, seperti terlihat pada halaman 129, 133, dan 165. Singkat­nya, Gerrit berusaha mengum­pulkan sebanyak mungkin refleksi yang pernah ia alami untuk mengerti teks Kitab Pengkhotbah ini. Hal itu menunjukkan bahwa Gerrit berusaha mengerti teks-teks yang ia baca bukan saja dari hasil eksegesis teks itu sendiri, melainkan juga dari keseluruhan usaha interaksi­nya dengan apa yang pernah ia mengerti dan alami. Agak­nya, itulah yang mem­buat buku ini terasa aktual karena tidak jauh dari pengalam­an manusia sehari-hari. Oleh karena itu, buku ini layak dibaca tidak saja oleh para penafsir, tetapi juga oleh orang Kristen pada umumnya.

Buku: Emanuel Gerrit Singgih. Hidup Di Bawah Bayang-Bayang Maut: Sebuah Tafsir Kitab Pengkhotbah. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2001. 233 hlm

Disadur dari http://www.alkitab.or.id/biblika/Tinjauan%20Buku4.html/Sabtu, 2 Januari 2010/ 18.00 WIB


Saturday 2 January 2010

Fenomena 'Gila' Gus Dur

Selasa, 02 Januari 2010

Fenomena 'Gila' Gus Dur


JAKARTA - Konon, guyonan mantan Presiden Abdurrahman Wahid selalu ditunggu-tunggu oleh banyak kalangan, termasuk presiden dari berbagai negara.

Pernah suatu ketika, Gus Dur membuat tertawa Raja Saudi yang dikenal sangat serius dan hampir tidak pernah tertawa. Oleh Kiai Mustofa Bisri (Gus Mus), momentum tersebut dinilai sangat bersejarah bagi rakyat Negeri Kaya Minyak. "Kenapa?" tanya Gus Dur.

"Sebab sampeyan sudah membuat Raja ketawa sampai giginya kelihatan. Baru kali ini rakyat Saudi melihat gigi rajanya," jelas Gus Mus, yang disambut gelak tawa Gus Dur.

Melekatnya predikat humoris pada Presiden RI yang keempat itu pun sempat membuat Presiden Kuba Fidel Alejandro Castro Ruz penasaran. Suatu ketika, keduanya berkesempatan bertemu.

Seperti yang diceritakan oleh mantan Kepala Protokol Istana Presiden Wahyu Muryadi pada tayangan televisi, Fidel Castro bertanya kepada Gus Dur mengenai joke teranyarnya.

Dijawablah oleh Gus Dur, "Di Indonesia itu terkenal dengan fenomena 'gila',".

Fidel Castro pun menyimak pernyataan mengagetkan tersebut.

"Presiden pertama dikenal dengan gila wanita. Presiden kedua dikenal dengan gila harta. Lalu, presiden ketiga dikenal gila teknologi," tutur Gus Dur yang kemudian terdiam sejenak.

Fidel Castro pun semakin serius mendengarkan lanjutan cerita.

"Kemudian, kalau presiden yang keempat, ya yang milih itu yang gila," celetuk Gus Dur.

Fidel Castro pun diceritakan terpingkal-pingkal mendengar dagelan tersebut. (rhs)

Disadur dari http://news.okezone.com/GUSDUR/sabtu, 2 Januari 2010/15.00 WIB


Ucapan Ilahi Terhadap Bangsa Babilonia

Selasa, 10 November 2009

UCAPAN ILAHI TERHADAP BANGSA

Pendahuluan
Pasal 13 merupakan salah satu bagian dari rentetan nubuatan yang sangat panjang, yang meliputi pasal 13-23, yang memuat ucapan ilahi. Namun kita akan melihat satu bagian saja, yaitu Yesaya 13 dengan “ucapan ilahi” yang ditujukan kepada Babel. Situasi dalam pasal ini membawa kita ke masa pembuangan abad ke-6 sM. Ada yang mengatakan ini terjadi setelah raja Nebukadnezar meninggal pada tahun 604-562 sM (Bentzen-587-550 sM; Leslie dan Others - 550 sM dan Weiser - 538 sM)[1], sedangkan Raja Cyrus dari Madai belum naik tahta (550 sM) dan kekuatan Babel menurun. Pandangan seperti ini kini sudah semakin umum diterima.
“Ucapan ilahi terhadap Babel yang dinyatakan kepada Yesaya bin Amos” Yes. 13:1[2].

Pasal ini menjadi menarik karena nama Babel disebutkan pada ayat 19. Dalam Alkitab Babel selalu digambarkan sebagai kuasa dunia yang sombong dan menantang atau memusuhi Tuhan (Kej. 11; Wah. 18:4-20)[3]. Ketika membaca pasal ini, kita akan melihat bahwa ayat-ayat di sini tidak memperlihatkan adanya hubungan yang khusus dengan nama Babel yang disebutkan di ay. 19. Ayat 2-16 menggambarkan murka Tuhan yang umum sekali, yang akan dinyatakan pada hari Tuhan. Mungkin bagian ini akan lebih cocok jika kita hubungkan dengan Yoel 2:1-11, 30-32; Zefanya 1:14-18, Zakaria 14:2, 6. Pada ayat 17-22 barulah berita hukuman itu dihubungkan dengan Babel yang akan dihancurkan oleh bangsa Madai (band. Yer. 50:1-51:58). Mustahil nabi tidak memahami situasi pada masanya, karena Madai barulah menjadi kuat 200 tahun kemudian. Maka dalam paper ini kita akan melihat mengapa nama Babel dan siapa yang disebut Babel?

Pembahasan
I. Kanon
Dalam kanon Ibrani kitab kitab ini disebut Yesaya masuk dalam kitab Nebiim Akharonim. Kitab Yesaya salah satu kitab nabi-nabi yang memberitahukan runtuhnya kota Yerusalem dan nubuat-nubuatnya terjadi. Oleh sebab itu, kitab ini memiliki wibawa yang besar bagi orang-orang Yahudi yang ada di pembuangan. Kemudian kitab-kitab ini baru dibukukan sesudah pembuangan. Dengan demikian kitab Yesaya di dalam kanon Ibrani jelas penempatannya, karena kitab ini juga dikenal dalam kitab Jezuz Sirach (190 sM) dan di dalamnya dituliskan mengenai Syiro-Efraim. Selain itu juga menuliskan mengenai “penghiburan Sion” (Sir. 48:24; Yes. 40:1; 61:1, 2)[4]. Dari penjelasan di atas memperlihatkan, bahwa kitab ini dimasukan dalam kanon karena memiliki kewiwaban ilahi.

II. Latar Belakang Sejarah
Yesaya mendapat penglihatan atas Yehuda dan Yerusalem pada masa pemerintahan raja Uzia (1:1). Tapi ia baru menerima panggilan Allah ketika raja Uzia meninggal (Ps. 6)[5]. Dengan demikian Yesaya mulai melayani pada masa pemerintahan Yotam, Ahaz dan Hizkia, yakni tahun 740-690/ 680 sM atau abad ke-8. Pada masa itu kerajaan Asyur sangat dominan[6]. Raja Pekah dari Israel Utara dan Rezin dari Aram mengajak Ahaz bergabung untuk melawan Asyur. Tapi Ahaz menolak, sehingga terjadi perang saudara (syiro-Efraim) (2 Raj. 15:37), yaitu Yehuda diserang oleh raja Pekah dan Rezin 16:5-9; 2Taw. 28:5-21). Raja Ahaz pun meminta bantuan Tiglat-Pileser III raja Asyur dan menaklukan keduanya[7]. Yehuda mengalami krisis yang sangat hebat karena rajanya tunduk kepada Asyur[8]. Ketika berkunjung ke Damsik, Ahaz kultus-kultus dari sana kemudian ia mendirikan mezbah dewa di Yerusalem dan mengajak rakyat menyembahnya (2 Raja. 16:10). Selain itu Ahaz juga mengambil alih kultus dari dunia Semitis Barat, yaitu dewa Molokh[9] yang kepadanya mereka mempersembahkan anak sulung, maka tidak heran jika Ahaz juga mempersembahkan anak sulungnya kepadanya (2 Raja. 16:3).

Yerusalem yang terkenal sebagai kota kedilan, “kota suci”, tetapi tercemar oleh kekafiran. Wahono mengatakan, bahwa di Yerusalem pernah terjadi dua pristiwa besar, yaitu “pemindahan tabut Allah ke dalam kota Yerusalem dan nubuat nabi Natan yang mengatakan, bahwa keturunan Daud akan memerintah seluruh Israel atas perkenaan Allah” (2 Sam.7)[10]. Kedua pristiwa besar itu selalu dipringati dan dirayakan dengan menaikan nyanyi-nyanyian khusus (Maz. 78 : 67-72). Kota Yerusalem dijuluki sebagai “kota Raja Besar” (Maz. 48 : 3) dan “kota Daud”. Karena di situlah Daud memberlakukan dan sangat menekankan keadilan ilahi yang harus dilakukan oleh seluruh umat Israel. Kedua pristiwa itu dipahami sebagai tindakan Allah yang memilih gunung Zion sebagai tempat Kudus-Nya (tinggal-Nya). Allah memilih dinasti Daud supaya keturunannya secara turun-temurun tetap memerintah atas Israel. Mungkin nubuatan nabi-nabi di Yehuda dipengaruhi oleh tradisi-tradisi ibadah yang ada di Yerusalem, yaitu tradisi mengenai perjanjian Tuhan tentang dinasti Daud (Yes. 2:2-4; Mika 4:1-4). Meskipun Amos juga menerapkan tradisi perjanjian itu (Amos 1:2; 9:11-12), tetapi tidak seberapa menonjol dibandingkan dengan Yesaya. Dalam pemberitaan Yesaya, gunung Zion sangat ditekankan sebagai tempat berkumpulnya bangsa-bangsa dan Israel (67 kali gunung disebutkan). Dalam pemberitaannya ada dua aspek yang ditekankan oleh Yesaya dalam tradisi perjanjian Tuhan mengenai dinasti Daud, yakni penyataan penghukuman atas dosa Yerusalem dan menyatakan kuasa dan kemenangan Tuhan atas bangsa-bangsa. Keyakinan akan kehadiran Yahweh di gunung Zion melahirkan suatu pengharapan yang besar yang memberikan jaminan keamanan bagi umat-Nya. Sebaliknya Allah juga akan memberikan penghukuman bagi umat-Nya atas pelanggaran-pelanggaran yang mereka lakukan dan musuh-musuh yang ditaklukan (Yes. 8:9-22; 14:32; 17:12; 28:14-18). Artinya adalah bahwa kota Yerusalem dibangun berdasarkan dua janji besar ilahi kepada Daud dan tempat kehadiran Allah di dalam Bait-Nya. Tindakan Ahaz yang berseru (meminta bantuan) pada Asyur memperlihatkan ketidakyakinannya pada janji Allah mengenai jaminan akan keteguhan dan keselamatan kerajaan. Ketidakyakinan akan janji Allah yang menjadi jaminan berubah menjadi peringatan akan datangnya hukuman atas umat-Nya. Kedatangan Asyur bukan memberikan bantuan, melainkan sebagai “cambuk murka Allah`( “the rod of God’s anger”)[11] untuk menghukum umat-Nya yang bersalah (10:5-6).

Yehuda menjadi tawanan Asyur dan pada masa pemerintahan Hizkia, ia berusaha melepaskan kerajaan Yehuda dari kekuasaan Asyur. Kebetulan kerajaan Mesir mulai kuat dan bangsa-bangsa kecil merasa terdorong untuk membrontak terhadap Asyur. Maka tahun 713 sM kerajaan Asdod memberontak terhadap Asyur, kemudian disusul oleh kerajaan Edom dan Moab, tetapi Yehuda tidak. Sehingga tidak ada alasan bagi Asyur untuk menghukum Yehuda ketika pemberontakan itu berhasil diredakan karena rajanya tunduk pada raja Asyur (Sargon II). Ketika raja Sargon II meninggal dan Sanherib belum naik takhta, maka saat itulah waktu yang tepat bagi Hizkia untuk membrontak dan melepaskan kerajaan Yehuda dari Asyur[12]. Ketika Sanherib naik tahkta bangsa-bangsa yang memberontak, baik yang ada di kawasan Palestina maupun yang ada di wilayah-wilayah seberang sungai Yordan (Tirus, Biblos, Arvad, Asdod, Moab, Edom dan Amon) dibuat menderita oleh Sanherib, termasuk Yehuda (2Raja-raja 18:13-16). Menurut pasal ini juga Hizkia terpaksa mengerat emas dari Bait Allah untuk membayar upeti kepada Sanherib. Yerusalem dikepung dan dikatakan bahwa Hizkia dikurung seperti seekor burung dalam sangkar (2Raj.18:17-19:9). Dari latarbelakang sejarah singkat di atas memberitahukan bahwa Yesaya bernubuat diperkirakan dari tahun 740-690 sM (abad ke-8).
Yesaya 13 memuat bahan-bahan yang berasal dari masa yang berbeda-beda ada yang berasal dari masa sebelum pembuangan dan juga sebelum pembuangan. Para ahli mengatakan bahwa saat itu masih banyak lagi bahan-bahan yang masih belum terkumpul satah satunya adalah Yesaya 13 ini. (lihat. Rowley, 1963 : 91; Ch Barth, Vol-4, 1993 : 55). Artinya judul itu dicantumkan oleh seorang rekaktor atau pengikut tradisi Yesayanis pada jaman yang lebih kemudian, yaitu supaya tidak terjadi kekeliruan atau kesalahpahaman oleh pembaca yang kemudian. Bagaimana dengan nama Babel dan mengapa nubuat Babel juga tercatat pada 21? Jika kita perhatikan ayat-ayat pertama yang memuat “ucapan Ilahi”, maka jelas bahwa yang dimaksudkan bukanlah kota atau bangsa tertentu, melainkan nama Babel dipakai sebagai istilah untuk menyebut semua kerajaan yang melawan Allah Yang Mahatinggi. David F. Hinson mengatakan, bagaimana pun Babel tetap mempengaruhi penduduk di Yehuda karena kerajaan Babilonia kuno telah runtuh sekitar seratus tahun setelah berdirinya[13]. Erlandsson juga mengatakan, “the kings of Assyria also assumed the title ‘King of Babylon’ thus submitting themselves to the claims of the priests of Marduk”[14], salah satunya adalah raja Tiglath-Pileser III 729 sM (Band. J. Andrew D. 1992 : 78-79; Geoffrey W. Grogan 1986 : 98-99).

III. Konteks terbatas
Para ahli memberi tanggapan bahwa Yesaya 13 ini asli dari Yesaya sendiri, yang berasal dari abad ke-8. Baik Erlandsson, Clements, Ch Barth, Rowley, Otto Kaiser dll setuju bahwa ini berasal dari Yesaya sendiri. Meskipun beberapa ahli juga ada menolak bahwa Yesaya 13 ini asli dari Yesaya. Tapi saya kira tidak begitu penting untuk mengetahui siapa penulisnya, melainkan isi pemberitaannya. Paling sedikit ada 3 alasan yang menunjukan bahwa ini berasal dari Yesaya, yaitu:
· 13:1, 1:1 dan 2:1 memberitahukan bahwa bagian ini pada umumnya saling terpisah satu sama lain yang kemudian digabungkan oleh seseorang yang mengikuti tradisi Yesayanis dan menghubungkannya dengan kejatuhan Babel tahun 539 sM.
· Bahasanya yang khas, yaitu mengecam dan mencela ketidakadilan yang dilakukan oleh para pemimpin Yehuda. Oleh sebab itu harus dimurnikan melalui hukuman-Nya.
· Kata “massa” ditujukan kepada bangsa yang melawan Allah yang Mahakudus.

IV. Tafsiran Yesaya 13:1-22
(a). Yes. 13:1 “Ucapan ilahi terhadap Babel yang dinyatakan kepada Yesaya bin Amos”.
Kata “massa” digunakan nabi untuk menunjukan bahwa berita yang disampaikannya itu benar-benar berasal dari Tuhan. Kata “massa” ini memuat hukuman yang ditujukan kepada Babel. Mungkin pemberian judul ini dipengaruhi oleh Yer. 51:24, yang ditambahkan kemudian oleh redaktor[15]. Kata “massa” dalam 13:1 menjadi sangat penting, yang dipakai sebagi teknis di bidang nubuat kenabian. Arti dasarnya adalah “mengangkat”, kemudian dihubungkan dengan pengertian “mengangkat suara” (Otto Kaiser, 1974 :1). Dalam konteks kitab Keluaran 23:5 dan Bilangan 4 istilah “massa” diterjemahkan “burden” yang artinya “beban” yang dikaitkan dengan perkakas Kemah Suci. Mungkin karena perkakas itu berat maka disebut “beban”. Tidak sembarang orang bisa menyentuhnya, hanya bani Kehat dan bani Gerson dari suku Lewi yang ditugaskan untuk mengangkat perkakas tersebut. Siapa yang menyentuhnya langsung mati (Bil. 4:15, 16-20, 47, 49). Dalam konteks nubuatan, Yesaya adalah nabi pertama menggunakan istilah ini. Mungkin sekali bahwa firman Tuhan yang didengar oleh sang nabi merupakan suatu “beban” yang harus diangkat. Diangkat di sini dalam arti firman Tuhan itu “harus disampaikan”. Jika kita kaitkan dengan Kemah Suci, maka kata “massa” ini juga digunakan untuk mengatakan bahwa Allah hadir ditengah-tengah umat-Nya. Oleh sebab itu kata ini menjadi penekanan penulis bahwa berita yang disampaikannya sungguh-sungguh berasal dari Tuhan. Siapa yang menolak pemberitaan itu, berarti ia menolak kehadiran atau firman Tuhan dan ia sudah masuk dalam lingkaran hukuman-Nya (menjadi musuh-Nya). Ketika sudah menjadi musuh-Nya, ia wajib dan harus dihukum. Baik umat-Nya maupun bangsa-bangsa lain.

Dengan demikian kita melihat bahwa kata “massa” sangat erat kaitannya dengan hukuman Allah (band. Yer. 23:33-38). Selain Yesaya, nabi Nahum. 1:1; Habakuk. 1:1; Zakaria. 9:1; 12:1 dan Maleaki. 1:1) juga menggunakan kata “massa” yang menunjuk kepada hukuman Tuhan yang akan dilaksanakan pada “hari Tuhan”. Ternyata Yes. 13:1 ini memberikan keterangan yang lengkap kepada kita mengenai isi, sifat dan nama nabi. LAI menterjemahkan ”massa” : “Ucapan Ilahi”. Sifat dari nubuat yang disampaikan oleh nabi menjadi jelas. Dalam terjemahan kuno, seperti Vulgata dan Targum, kata “massa” diterjemahkan dengan “burden” : “beban”, sedangkan dalam terjemahan baru menggunakan kata “oracle” yang dihubungkan dengan “mengangkat suara” atau “orang yang menyampaikan pesan para dewa”. “Ucapan ilahi” ini ditujukan kepada Babel, meskipun nama Babel baru disebutkan pada ayat 19.[16] Untuk itu kita harus memahami sejarah kuno Babilonia itu sendiri supaya tidak salah paham dan di bagian latar belakang tadi sudah dijelaskan bahwa kerajaan Babilonia kuno telah runtuh sekitar seratus tahun setelah Asyur berkuasa atau berdiri. Sehingga pengaruh Babel itu kuat sekali khususnya di Yehuda dan setiap raja yang memerintah Babel dianggap sebagai manusia setengah dewa. Artinya raja itu berkuasa mutlak atas rakyatnya karena ia merupakan anak ilahi.

(b). Yes. 13:2-5 Yahweh yang mempersiapkan tentara bangsa-bangsa
Ayat 2 sepertinya berhubungan dengan Yer. 51:12, 27 lihat kata seunes yang juga dimuat oleh Yeremia. Tidak jelas siapa menaikan panji-panji di atas gunung yang gundul dan berseru dengan suara nyaring sambil melambaikan tangan (ay. 2). Seruan dengan suara nyaring dan lambaian tangan merukanan ajakan, bahwa mereka telah siap untuk berperang dan menyerbu pintu-pintu gerbang para bangsawan (band. Roland de Vaux, 1961 : 227). Jika kita hubungkan dengan Babel, maka tidak salah juga karena di sana banyak juga para bangsawan dan orang-orang yang kaya yang berkuasa dengan sewenang-wenang dan mereka mengabaikan orang-orang yang lemah, miskin dan tidak berdaya. Jika kita perhatikan kata limquddasy dari kata kados (ay. 3), LAI: “Kukuduskan”. Kata ini menunjukan bahwa mereka yang akan melaksanakan murka-Nya adalah bangsa yang benar-benar kuat. Arti Kukuduskan disitu adalah “dikhususkan” atau “disendirikan”. Tuhanlah yang mempersiapkan dan memakai mereka sebagai alat-Nya. “Orang-orang yang Kukuduskan di sini juga tidak berarti kudus secara moral sebagaimana yang dijelaskan pada ayat 16”[17]. Pernyataan ini tidak memperhatikan arti kata kudus pada umumnya, karena hanya Allah-lah yang kudus dan hanya orang-orang yang dikuduskan yang diizinkan (layak) bertemu dengan Tuhan. Mereka adalah orang-orang yang perkasa, beria-ria dan bangga kerena mereka dipilih Tuhan. Dalam bagian ini kita melihat bahwa tidak hanya Israel yang akan menjadi umat pilihan Tuhan. Tetapi kesempatan ini juga diberikan kepada semua bangsa untuk mengenal Dia. Karena kata “Kukuduskan” memiliki akar kata yang sama, yakni “qadosy”. Ketika Allah memilih mereka maka saat itu mereka telah masuk dalam lingkaran kepunyaan-Nya dan ketika mereka melaksanakan hukuman tidak sesuai dengan rencana-Nya, maka mereka pun wajib menerima hukuman yang sama dengan Israel.

Pada ayat 4 kata beharim LAI: “Gunung-gunung” mendapat perhatian dari penulis (liht ay. 2). Mungkin gunung-gunung ini juga yang dimaksudkan Abraham sebagai ”gunung Tuhan” (kej.22:14; Yes.2:3; 30:29). Dalam tradisi ibadat di Yerusalem dinasti Daud di sebut sebagai tempat tinggal Yahweh. Jika tentara-tentara itu kita hubungkan dengan orang-orang Madai (13:17) maka gunung-gunung itu terletak di sekitar tanah Madai, yaitu di sebelah timur-laut Babel. Dari ayat ini semakin terlihat bahwa Tuhan adalah penguasa atau berdaulat atas alam semesta dan panglima perang tertinggi yang mempersiapkan dan memeriksa pasukan perang-Nya untuk memusnahkan seluruh bumi. Siapa pasukan perang-Nya? ayat 5 menunjukan, “mereka datang dari negeri jauh, ya dari ujung langit ”kolhaares” RSV: “the whole earth”. Terjemahan modern seperti NIV: “the whole country” atau “the whole land”. Bangsa yang datang dari ujung langit itu akan memusnahkan Babel (to destroy the whole of Babylonia)[18]. Widyapranawa menyebutkan, bahwa mereka yang akan datang dari ujung langit itu adalah Persia yang kemudian bergabung dengan kerajaan Madai (mereka disebut Madai-Persia). Saya kira ayat 5 sangat jelas menunjukan bahwa “mereka” yang dimaksud adalah menunjuk kepada Tuhan, dan Tuhan akan memakai bangsa yang kuat untuk melaksanakan murka-Nya. Sebagai buktinya adalah tahun 612 sM Asyur dimusnahkan oleh Babilonia-Persia dan kotanya habis dibakar dan rajanya pun ikut dibakar bersamaan kota Asyur[19], dan 73 tahun kemudian Madai-Persia menghancurkan Babel 539 sM. Ternyata kesombongan yang mereka miliki mendatangkan malapetaka yang besar, yang tidak bisa dihentikan oleh manusia.

(c). Yes. 13:6-13 Hari Tuhan adalah pemusnahan dan kebengisan.
Ayat 6 memulai bagian ini dengan “merataplah” karena hari Tuhan sudah dekat[20]. Dalam PL konsep tentang “yom yhwh” : “hari Tuhan” sudah dikenal pada abad ke-8 sM (Amos 5:18-20). Pada saat itu kuasa Tuhan Yang Mahakudus akan dinyatakan kepada orang fasik, termasuk orang Israel yang meninggalkan Allah dan beribadah kepada allah asing. Beberapa ahli PL merumuskan asal-usul mengenai hari Tuhan seperti G. Von Rad yang menghubungkannya “perang suci”; Mowinckel menghubungkannya dengan “pesta panen” (Hos.9:5); Weiss menghubungkannya dengan “teofani”[21]. Ternyata mengenai hari Tuhan masih timbul bermacam-macam pendapat. John Bright melihat bahwa hari Tuhan itu berasal dari pengalaman Israel dalam sejarah yang dialami secara pribadi. Tradisi ibadah di Yerusalem sangat berpengaruh dalam pemberitaan Yesaya. Dan tradisi ibadat di Yerusalem dipengaruhi dua peristiwa besar yang pernah terjadi di Yerusalem, yakni pemilihan Zion sebagai tempat kudus-Nya dan pemilihan dinasti Daud yang secara turun-temurun keturunan Daud akan tetap memerintah Israel. Dan jika kita melihat pemberitaan Yesaya hampir semua bertolak dari dua peristiwa itu, demikian juga penghukuman maupun pengharapan juga bertolak dari situ.
Hari Tuhan adalah hari pemusnahan, yaitu di mana mereka yang menjadi musuh Allah harus dimunsahkan. “Mertaplah” merupakan seruan secara umum. Nabi menggunakan kata “helilu” RSV: Wail LAI: “merataplah”. Kata ini memuat perintah yang sangat tegas, yang mana nabi ingin menekankan bahwa “hari Tuhan itu sebenarnya sudah terjadi, tetapi tidak dirasakan oleh mereka. Kenapa? karena telinga mereka telah berat untuk mendengarkan dan hati mereka telah tertutup terhadap kebenaran, keadilan dan kedamaian yang diharapkan. (band. Clements, 1980. hal 134). Istilah “hari Tuhan” mempunyai arti yang khusus, yaitu di mana Tuhan akan menyatakan murka-Nya dan penghukuman secara universal terhadap seluruh bumi. Hari itu adalah hari yang sangat dasyat dan menakutkan ketika anugerah (kasih karunia) sudah lewat. Dikatakan lagi bahwa ketika hari itu datang, maka manusia menjadi tidak berdaya. Seakan-akan manusia lumpuh secara fisik/ mental, manusia hanya terkejut saja: hati menjadi tawar, sakit mulas dan sakit beranak. Perhatikan kata “sirim” Clements mengatakan kata ini berasal dari bahasa Arab, yaitu “massarun” : sakit pada bagian perut[22]. atau “mereka lemah tidak berdaya dengan perasaan takut”, RSV: “their faces will be aflame” selain itu juga mereka dilanda kepanikan, waktu yang mencekam, putus asa muka mereka memerah. LAI: “seperti orang yang demam”. Mungkin merah di sini dihubungkan dengan “perasaan malu atau dipermalukan”, dalam arti mereka merasa sangat menyesal, karena menolak atau tidak mau mendengarkan firman-Nya. Kata lehabim dari kata lahab RSV : aflame dan blade : menyala, terbakar dan mata pedang. Mungkin karena rasa takut yang tidak pernah dialami oleh manusia selama hidupnya TBC: pucat[23].

Selanjutnya kata hinneh (ay.9) RSV: behold, LAI: lihat, lihatlah, sungguh, sesungguhnya. Ini menunjukan bahwa “hari Tuhan” yang datang bukanlah tindakan penyelamatan Allah yang membawa sukacia atau damai sejahtera, melainkan murka-Nya. Sungguh hari Tuhan datang denagan kebengisan, yaitu di mana seluruh bumi dan orang-orang berdosa akan dimusnahkan. Bintang-bintang, matahari dan bulan akan berhenti dan tidak akan bercahaya lagi, supaya bangsa-bangsa yang menyembah Bintang-bintang, Matahari dan Bulan melihat bahwa hanya Yahweh-lah yang berkuasa (ay.10) (2Raja 23:5, 11).[24] Selain itu Tuhan juga akan memusnahkan orang-orang fasik, orang-orang yang sombong, pemberani, congkak dan gagah karena mereka adalah musuh-Nya (ay.11) oleh sebab itu mereka harus dimusnahkan. Tidak seorang pun yang bisa melarikan diri dari murka-Nya. Pada ayat 12 kita menemukan suasana yang sangat berbeda sekali, di atas memberitahukan bahwa tidak seorang pun yang bisa lolos dari murka-Nya. Secara logika sangat mustahil. Tetapi pada ayat 12 memberitahukan bahwa ada mereka yang bisa lolos dari murka-Nya. Coba perhatikan kalimat:
Yesaya 13: 12 “Oqir enos mippaz weadam mikketem opir”

LAI : “Aku akan membuat orang lebih jarang dari pada emas tua, dan manusia lebih jarang dari pada emas Ofir.”
Usulan terjemahan : “Aku akan membuat orang lebih berharga dari emas tua, dan manusia dari emas Ofir.” Karena saya melihat bahwa kata ‘oqir bisa juga diterjemahkan dengan “make precious, rare”, dan Ensiklopedi-jeild II, hal 181 menterjemahkannya : “Aku akan membuat mahal” .
Ini menunjukan bahwa manusia itu sangat berharga di mata Allah, dan dalam bagian ini juga ingin memberitahukan kepada kita bahwa Allah adalah pemilik hidup manusia. Ketika kita mengatakan bahwa Allah pemilik hidup, berarti manusia tidak punya hak sama sekali untuk memeras, melakukan ketidakadilan kepada sesamanya terlebih meniadakan nyawa sesamanya. Nabi Yoel mengatakan bahwa mereka yang lolos itu atau selamat adalah mereka yang berseru kepada Allah (Yoel 2:23). Dalam hal ini Yesaya menyebut mereka dengan istilah “sear”, yaitu Yes. 10:20, 21, 22; 11:11 yang diterjemahkan RSV: remainder, remnant: LAI: “sisa Israel”. Sisa tidaklah sama dengan bekas. “Sisa Israel” lebih berharga dari emas tua dan emas Ofir[25]. Meskipun Allah murka terhadap umat-Nya, namun Ia tetap menyediakan (memberikan) pengharapan kepada mereka yang mau berseru, berbalik dan bertobat kepada-Nya. Di ayat 13 ditegaskan kembali mengenai murka Allah yang dikatakan di ayat 10 tadi. Dikatakan murka Tuhan meluap-luap, kata yang digunakan tr:b.[,B. (be`ebrat) dari kata ebrah RSV : wrath, LAI : “mennyeala-nyala”. Kata ini menjelaskan bahwa murka-Nya akan ditumpahkan pada “hari itu juga”, langit akan gemetar dan bumi bergoncang pada waktu Tuhan murka terhadap kerajaan yang memusuhi Dia. Kalau kita melihat dalam Perjanjian Baru kemarahan Allah dihubungkan dengan gempa bumi yakni mengenai “hari terakhir” (Mat. 24:29; 2 Pet. 3:10; Wah. 6:9-17).

(d). Yes. 13:14-16 Kemana manusia harus pergi (berlindung)?
Hari Tuhan sungguh mengerikan, manusia diibaratkan kijang yang dikejar-kejar, dan mereka seperti domba yang tidak digembalakan. Jelas dari ungkapan ini ingin memperlihatkan mereka itu adalah orang yang memusuhi Allah. Mereka hanya mengandalkan kekayaan, harta maupun kekuasaan yang mereka miliki, sehingga ketika semua semua yang mereka miliki itu dimusnahkan, maka mereka tidak punya kekuatan lagi untuk bertahan. Dalam situasi seperti ini manusia berusaha menyelamatkan dirinya dan mencari perlindungan (ay.14). Situasi ini sangatlah menyedihkan, karena semua mereka yang menjadi musuh-Nya akan dimusnahkan, dan setiap orang yang didapati akan ditikam dan mereka yang tertangkap akan mati oleh pedang (ay.15). Ini mengambarkan betapa sadisnya bangsa yang dipakai Tuhan untuk menjalankan murka-Nya itu. Namun tidak dijelaskan siapa musuh di sini dan kota apa yang akan diserang. Mungkin ada hubungannya dengan pasukan tentara yang dikumpulkan di atas gunung, yang diberi komando oleh Tuhan untuk menyerang pintu-pintu para bangsawan (lht. ay.2). Sepertinya pasukan itu terdiri dari orang kafir yang bertindak dengan kebiasaan atau cara kafir juga. Mereka tidak hanya membunuh orang dewasa atau hanya laki-laki saja, tetapi juga perempuan, baik tua atau muda semuanya akan dimusnahkan[26]. Sepertinya mereka yang dimusnahkan itu terdiri atas orang-orang asing, karena dikatakan mereka seperti domba yang kehilangan gembala. Jika kita hubungkan dengan Babel juga tidak salah karena di Babel juga terdiri atas orang-orang asing dari bangsa-bangsa yang telah ditaklukan terutama kaum bangsawan yang diangkut untuk menguasai bangsa-bangsa. Mereka terdiri atas orang pintar, kaya raya dan berkuasa. Namun dalam ayat. 2-16 kita tidak menemukan sebutan Babel sehingga tidak jelas siapa yang dimaksudkan dengan “mereka”. Mungkin yang dimaksudkan dengan “mereka” di sini adalah para pemimpin yang melakukan tindakan ketidakadilan, pemerasan terhadap hak-hak orang lemah, miskin dan tidak berdaya. Mereka hidup dalam kemewahan dari hasil pemerasan yang mereka lakukan, dan mereka menikmati hasil jarahan. Mungkin ini juga menunjuk kepada Asyur yang memeras raja-raja Yehuda, misalnya raja Hizkia mengerat emas di Bait Allah untuk diberikan kepada Asyur.

(e). Yes. 13:17-22 Kebangkitan Madai dan Kehancuran Babel
Mungkin bagian ini berasal dari masa yang lebih kemudian, karena ada kemiripan antara ayat 17 dengan Yer 51:1, Yeh. 23:22 dan Yoel 4:7. Coba kita perhatikan di bawah ini:
hinni meir alehem etmaday Isaiah 13:17
…hinni meir albabel Jeremiah 51:1
…hinni meir Ezekiel 23:22

Dari kalimat di atas memperlihatkan bahwa sebenarnya pemberian judul dengan nama Babel adalah ditambahkan kemudian oleh seorang pengikut Yesanis atau seorang redaktor. Redaktor mengkaitkan nubuatan Yesaya dengan kejatuhan Babel, yang juga mungkin tidak disadari oleh Yesaya ketika ia bernubuat. Yang jelas nabi, bahwa nubuat ini duberitakan nabi untuk menjawab masalah yang terjadi pada masanya. Mulai pada ayat 14 kejatuhan Babel dinubuatkan dan tergenapi pada abad ke-6 tahun 539 sM.[27] Pada abad ke-7 Madai menjadi bangsa yang kuat, Madai juga merupakan bangsa yang kejam dan mereka juga merupakan bangsa yang sudah terlatih dalam berperang. Kekejaman bangsa Madai terlihat pada ayat 15-18. Dikatakan pada ayat 17 bahwa mereka tidak menghiraukan perak dan emas, perasaan dendam yang mendalam membuat mereka tidak bisa disuap dengan perak dan emas yang berlimpah di sana (band. Zef. 1:8). Kekejaman mereka semakin terlihat, yaitu bukan hanya orang dewasa yang dibunuh, melainkan juga bayi-bayi dan anak yang masih di dalam kandungan pun akan dibunuh (Yes.13:18; Am. 1:3; Hos. 14:1; 2Raj. 8:2; 15:16). Babel adalah kota yang permai, kaya raya, di sana terdapat banyak perhiasan yang berlimpah. Tapi semua itu akan diruntuhkan, Babel akan ditunggangbalikan dan nasibnya akan sama seperti Sodom dan Gomora. Kehancurannya tidak disebabkan karena satu peristiwa saja, yakni saat kejatuhannya tahun 539 sM, melainkan disebabkan karena rentetan peristiwa berikutnya. Otto Kaiser juga mengatakan dalam komentarnya, “Interest in the fate of Babylon did not come to an end with the conquest of the city by Cyrus in the yer 539. because Babylon was responsible for the fate of Jerusalem and of the Jews, it became the symbol of the world power hostile to God, and its king became the world ruler who was equally hostile to God”.[28]

Setelah raja Nebukadnezar meninggal Babel mengalami kemerosotan dan itu merupakan saat yang tepat bagi Madai-Persia untuk meluncurkan serangannya. Otto Kaiser melaporkan lagi bahwa mereka takluk dan tanpa ada perlawanan kepada raja Cyrus yang saat itu memerintah Madai-Persia. Kota Babel turun-temurun tidak akan dihuni lagi untuk lamanya, orang Arab[29] tidak akan berkemah di sana dan gembala-gembala tidak akan membiarkan ternaknya berbaring di sana. Betapa menakutkan dan mengerikan, karena yang tidak ada manusia, yang ada hanya binatang gurun, seperti burung hantu, burung-burung unta, jin-jin[30], anjing-anjing hutan dan serigala akan tinggal di sana. Hari Tuhan sungguh amat menakutkan, kapan waktunya? Dikatakan “akan segera” dan tidak akan ditunda-tunda. Di satu pihak hari Tuhan sungguh menakutkan bagi mereka yang melawan Allah. Tapi di pihak lain ini menjadi penghiburan bagi semua orang beriman yang menantikan kemenangan Tuhan dan kemuliaan-Nya atas segala kuasa kejahatan pada hari Tuhan.

V. Kesimpulan Teologis
Kita dari pembahasan di atas kita telah melihat, bahwa dua pristiwa besar yang pernah terjadi di Yerusalem merupakan tindakan Allah yang memilih gunung Zion sebagi tempat-Nya bertahkta dan pemilihan atas dinasti Daud bahwa Allah yang akan secara turun-temurun memerintah Israel (2 Sam.7). Sehingga hal itu juga menjadi jaminan akan keteguhan dan keselamatan. Jelaslah itu merupakan janji Allah kepada umat-Nya dan ketika perjanjian-Nya itu diabaikan, maka keteguhan dan keselamatan yang akan diterima berubah menjadi hukuman. “Ucapan ilahi” pada ayat 1 merupakan penekanan sang nabi, yaitu bahwa pemberitaan yang disampaikannya sungguh-sungguh berasal dari Tuhan. Ketika kerajaan bangsa-bangsa atau seseorang menolak perkataan itu, maka sudah memberi celah terhadap hukuman-Nya. Ayat 2-5, mengambarkan bahwa Tuhan-lah yang mengerakan bangsa asing untuk melaksanakan hukuman-Nya yang dasyat. Ayat 6-13, mengambarkan hukuman Tuhan yang akan dilaksanakan atau dinyatakan pada hari Tuhan yang dasyat untuk memusnahkan seluruh dunia dan orang-orang yang memusuhi-Nya. Pada hari itu Tuhan akan menunjukan kuasa-Nya terhadap kerajaan-kerajaan dunia yang menjadi musuh-Nya. Ayat 14-16, memperlihatkan situasi yang sangat menyedihkan, yaitu di mana orang-orang yang memusuhi-Nya akan dimusnahkan nulai dari yang dewasa sampai yang masih di dalam kandungan pun akan binasakan. Ayat 17-22, menjadi penutup bagian ini. Di dalamnya diperlihatkan bahwa di dalam penghukuman-Nya tidak ada tawar-menawar lagi dan Tuhan tidak dapat disogok dengan kekayaan yang dimiliki oleh mereka yang menjadi musuh-Nya.

Yesaya 13 ini mengambarkan penghukuman Tuhan yang sangat universal, yang menyangkut alam semesta dan segala yang ada di dalam dunia ini sangat erat hubungannya dengan penghukuman lokal seperti yang dialami manusia dalam sejarah. Allah Israel bertakhta di atas segala bangsa-bangsa dan tidak ada yang bisa mengatasi kuasa dan keadilan-Nya. Tuhan sangat membenci kesombongan. Keterlibatan-Nya dalam sejarah dunia ini tidak dapat kita pisahkan dari sejarah kehidupan umat pilihan-Nya. Kerajaan Babel yang mengakhiri sejarah kerajaan Yehuda, yang juga merupakan wakil dari kuasa-kuasa dunia yang melawan kehendak Tuhan dan raja yang memerintah atas Babel merupakan wakil dari raja dunia yang memusuhi Tuhan. Sungguh pemilihan Tuhan tidak dapat dipisahkan dari hukuman-Nya. Artinya ketika suatu bangsa, atau suatu komunitas tertentu atau seseorang masuk dalam pemilihan-Nya dan iawajib menerima hukuman-Nya ketika tidak setia. Namun sangat sulit untuk memahami mengenai alat yang digunakan Tuhan untuk menghukum. Seperti bangsa Asyur dipakai Tuhan untuk menghukum Israel Utara dan Yehuda, Madai-Persia untuk Babel, dan mereka adalah alat yang dipakai Tuhan untuk menjalankan hukuman-Nya. Ketika mereka melakukan dengan setia dan taat kepada perintah-Nya atau bertindak sesuai dengan rencana-Nya. Maka Tuhan membukakan pintu bagi mereka untuk mengenal Dia. Hidup sebagai umat pilihan ternyata tidaklah cukup dengan hanya ke Bait Allah dan mempersembahkan korban kepada-Nya. Tetapi juga memperhatikan kaum miskin dan orang-orang yang terabaikan, yang tidak dianggap karena mereka tergolong masyarakat lemah dan tidak berdaya. Kenyataan badaniah dan liturgi tidaklah dapat mengantikan moralitas dan keadilan. Allah Mahakudus menginginkan umat-Nya untuk hidup kudus dan bertindak sesuai dengan kehendak-Nya.

VI. Relevansi
a. Untuk umat saat itu
Dinasti-Nya yang penuh kebenaran, keadilan diputarbalikan menjadi kelaliman dan kebobrokan. Oleh sebab itu, hidup kudus dan setia terhadap perjanjian Tuhan sangatlah diinginkan, memihak pada keadilan, hidup damai, aman sangat dinanti-nantikan oleh masyarakat Yehuda di Yerusalem. Rakyat merindukan raja-raja tidak lagi memerintah dengan tangan besi, melainkan memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan, memperhatikan nasib orang yang miskin, lemah, yang tidak berdaya yang sering diabaikan. Sehingga dengan demikian tidak adanya kesenjangan sosial antara orang miskin dan kaya, orang lemah dan kuat. Tetapi justru sebaliknya, yakni hidup berdampingan sebagai umat pilihan Allah yang bersatu.

b. Untuk umat saat ini
Ketidakadilan, penindasan, pemerasan, kesombongan dan perbuatan yang melawan Allah tidak hanya terjadi pada masa Yesaya, tetapi juga terjadi saat ini. Entah itu di Gereja-gereja maupun di luar gereja itu sendiri. Oleh sebab itu, sebagai seorang pemimpin, baik di Gereja maupun diluar gereja hendaklah tetap setia dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai umat pilihan yang takut akan Tuhan. Takut akan Tuhan atau hidup sebagai umat Allah tidaklah cukup hanya datang ke gereja duduk manis, mengumpulkan persembahan, melipat tangan, kemudian berdoa kepada Tuhan. Melainkan hidup sebagai umat Allah adalah juga memperhatikan dan mengulurkan tangan kepada mereka yang lemah, hidup dalam keadilan, kebenaran, memperhatikan mereka yang terabaikan maupun yang dipandang rendah dalam masyarakat.


KEPUSTAKAAN

Albright, Arkeology and The Relegion Of Israel, 1953.
Barth, C. Teologi Perjanjian Lama-jilid ke-4, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993.
Barton J., Isaiah 1-39 Old Testament Guides, 1995
Blommendaal J., Pengantar Kepada Perjanjian Lama, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996
Bright John, A History Of Israel-OT. Library, London, SCM Press LTD, 1960.
Browning, W.R.F., Kamus Alkitab, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007.
Clements R. E., The New Century Bible Commentary Isaiah 1-39, Wm. B. Eerdmans Publishing Co, 1980.
Dearman J. Andrew, Religion And Cultural In Ancien Israel, USA: Hendrickson Publishers, 1992.
De Roland Vaux, Ancient Israel – Its Life and Institution,London: Darton, Longman & Todd, 1961.
Dillard Raymond B. and Tremper Longman III, An Introduction To The Old Testament, Zondervan, 1994.
Eichrodt Walther, Theology Of The Old Testament - vol 1, London: SCM Press, 1961.
Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jilid-I, 2004.
Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jilid-II, 2004.
Erlandsson Seth, The Burden Of Babylon – A tudy Of Isaiah 13:2-14:23, Berlingska Boktryckeriet: Coniectanea Biblica- OT-Series 4, 1970.
Fohrer, Introduction To The Old Testament, Abigdon Press, 1968.
Gottwald Norman K, The Hebrew Bible-A Socio-Liteary Introduction, Fortress Press Philadelphia, 1985
Grogan, Geoffrey W., The Expositor’s Bible Commentary, Zondervan Vol. 6, 1986.
Hinson David F., Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004.
Kaiser Otto, Der Prophet Jesaja Kapitel 13-39, Gottingen, 1973.
Kaiser Otto, Isaiah 13-39, A Commentary, London: SCM Press LTD, 1974.
Keil/ Delitzsch, Commentary On The Old Testament-Vol 7/8, Grand Rapids, 1989.
Kinder, Tafsiran Alkitab Masa Kini 2-cetakan ke-3, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/ OMF, 1985.
Noth Martin, The History Of Israel, London, 1960.
Oswalt, John N., The New International Commentary On The Old Testament – The Book Of Iasaiah 1-39, Wm. B. Eerdmands Publishin Company, g 1991.
Rose Glenn, Archeology And Biblical Interpretation, John Knox Press, 1987.
Rowley H.H, The Growth Of The Old Testament, New York: Harper and Row Publisher,1963.
The Interpretr’s Dictionary Of The Bible, New York: Abingdon Press, 1962
Wahono Wismoady, Di Sini Kutemukan, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004.
Walton John H., Victor H. Matthews and Mark W. Chavalas, Bible Background Commentary Old Testament, Inter Varity Press, 1978.
Weiden, Wim Van der, MSF. Mgr. I. Suharyo, Pengantar Kitab Suci Perjanjian Lama – LBI, Yogyakarta: Kanisius, 2000.
Westermann Claus, Handbook To The Old Testament, Augsburg: Publishing House, 1976.
Widyapranawa, S.H., Tafsiran Yesaya 13-27, Jakarta: BPK Gunung Mulia,1979/ 1987.

disadur dari http://ebetyahwe.blogspot.com/sugiman/
Sabtu, 2 Januari 2010/13:19 WIB

Fritz n' Erwin

Fritz n' Erwin
Senat 2004/2005